Nama : Dwi
Annisa Rahmah
Npm :
12612269
Kelas :
4SA02
The Ugly Duckling
Once upon a time down on an old farm, lived a duck family, and Mother Duck had been sitting on a
clutch of new eggs. One nice morning, the eggs hatched and out popped six
chirpy ducklings. But one egg was bigger than the rest, and it didn't hatch.
Mother Duck couldn't recall laying that seventh egg. How did it get there? TOCK!
TOCK! The little prisoner was pecking inside his shell.
"Did I count the eggs wrongly?" Mother
Duck wondered. But before she had time to think about it, the last egg finally
hatched. A strange looking duckling with gray feathers that should have been
yellow gazed at a worried mother. The ducklings grew quickly, but Mother Duck
had a secret worry.
"I can't understand how this ugly duckling
can be one of mine!" she said to herself, shaking her head as she looked
at her last born. Well, the gray duckling certainly wasn't pretty, and since he
ate far more than his brothers,
he was outgrowing them. As the days went by, the poor ugly duckling
became more and more unhappy. His brothers didn't want
to play with him, he was
so clumsy, and all the farmyard folks simply laughed at him. He felt sad
and lonely, while Mother Duck did
her best to console him.
"Poor little ugly duckling!" she would
say. "Why are you so different from the others?" And the ugly
duckling felt worse than ever. He secretly wept at night. He felt nobody wanted
him.
"Nobody loves me, they all tease me! Why am
I different from my brothers?"
Then one day, at sunrise, he ran away from the
farmyard. He stopped at a pond and began to question all the other birds.
"Do you know of any ducklings with gray feathers like mine?" But
everyone shook their heads in scorn.
"We don't know anyone as ugly as you."
The ugly duckling did not lose heart, however, and kept on making inquiries. He
went to another pond, where a pair of large geese gave him the same answer to
his question. What's more, they
warned him: "Don't stay here! Go away! It's dangerous. There are men with
guns around here!" The duckling was sorry he had ever left the
farmyard.
Then one day, his travels took him near an old
countrywoman's cottage. Thinking he was a stray goose, she caught him.
"I'll put this in a hutch. I hope it's a
female and lays plenty of eggs!" said the old woman, whose eyesight was
poor. But the ugly duckling laid not a single egg. The hen kept frightening
him.
"Just wait! If you don't lay eggs, the old
woman will wring your neck and
pop you into the pot!" And the cat chipped in: "Hee! Hee! I hope the
woman cooks you, then I can gnaw at your bones!" The poor ugly duckling
was so scared that he lost his appetite, though the old woman kept stuffing him
with food and grumbling: "If you won't lay eggs, at least hurry up and get
plump!"
"Oh, dear me!" moaned the now
terrified duckling. "I'll die of fright first! And I did so hope someone
would love me!"
Then one night, finding the hutch door ajar, he
escaped. Once again he was all alone. He fled as far away as he could, and at
dawn, he found himself in a thick bed of reeds. "If nobody wants me, I'll
hid here forever." There was plenty a food, and the duckling began to feel
a little happier, though he was lonely. One day at sunrise, he saw a flight of
beautiful birds wing overhead. White, with long slender necks, yellow beaks and
large wings, they were migrating south.
"If only I could look like them, just for a
day!" said the duckling, admiringly. Winter came and the water in the reed
bed froze. The poor duckling left home to
seek food in the snow. He dropped exhausted to the ground, but a farmer found
him and put him in his big jacket pocket.
"I'll take him home to my children. They'll
look after him. Poor thing, he's frozen!" The duckling was showered with
kindly care at the farmer's house. In this way, the ugly duckling was able to
survive the bitterly cold winter.
However, by springtime, he had grown so big that
the farmer decided: "I'll set him free by the pond!" That was when
the duckling saw himself mirrored in the water.
"Goodness! How I've changed! I hardly
recognize myself!" The flight of swans winged north again and glided on to
the pond. When the duckling saw them, he realized he was one of their kind,and
soon made friends.
"We're swans like you!" they said,
warmly. "Where have you been hiding?"
"It's a long story," replied the young
swan, still astounded. Now, he swam majestically with his fellow swans. One
day, he heard children on the river bank exclaim: "Look at that young
swan! He's the finest of them all!"
And he almost burst with happiness.
http://www.kidsgen.com/fables_and_fairytales/the_ugly_duckling.htm
Terjemahan
melalui google translate:
Itik Buruk Rupa
Sekali waktu di
atas sebuah pertanian lama, tinggal sebuah keluarga bebek, dan Ibu Duck telah
duduk di kopling telur baru. Satu bagus pagi, telur menetas dan keluar muncul
enam bebek riang gembira. Tapi satu telur lebih besar daripada yang lain, dan
itu tidak menetas. Ibu Bebek tidak bisa mengingat peletakan yang telur ketujuh.
Bagaimana bisa ada? TOCK! TOCK! Tahanan kecil itu mematuk dalam cangkangnya.
"Apakah
aku menghitung telur salah?" Ibu Bebek bertanya-tanya. Tapi sebelum dia
punya waktu untuk berpikir tentang hal itu, telur terakhir akhirnya menetas.
Sebuah mencari itik aneh dengan bulu abu-abu yang seharusnya kuning menatap
seorang ibu khawatir. Anak itik tumbuh dengan cepat, tapi Ibu Bebek memiliki
khawatir rahasia.
"Saya
tidak mengerti bagaimana itik buruk rupa ini dapat menjadi salah satu
milikku!" dia berkata pada dirinya sendiri, menggelengkan kepalanya saat
ia menatap Lahir terakhirnya. Nah, anak itik abu-abu tentu tidak cantik, dan
karena ia makan jauh lebih banyak daripada saudara-saudaranya, ia tumbuh
melampaui mereka. Seperti hari-hari berlalu, itik buruk rupa yang buruk menjadi
lebih dan lebih bahagia. saudara-saudaranya tidak ingin bermain dengan dia, dia
begitu canggung, dan semua orang-orang peternakan hanya menertawakannya. Dia
merasa sedih dan kesepian, sementara Ibu Duck melakukan yang terbaik untuk
menghiburnya.
"Miskin
sedikit itik buruk rupa!" dia akan mengatakan. "Mengapa kau begitu
berbeda dari yang lain?" Dan itik buruk rupa merasa lebih buruk dari
sebelumnya. Dia diam-diam menangis di malam hari. Dia merasa tidak ada yang
ingin dia.
"Tidak
ada yang mencintai saya, mereka semua menggodaku! Mengapa aku berbeda dari saudara-saudara
saya?"
Lalu
suatu hari, saat matahari terbit, ia lari dari peternakan. Dia berhenti di
sebuah kolam dan mulai mempertanyakan semua burung lainnya. "Apakah Anda
mengetahui adanya bebek dengan bulu abu-abu seperti saya?" Tapi semua
orang menggelengkan kepala mereka di cemoohan.
"Kami
tidak tahu siapa saja seburuk Anda." Itik buruk rupa tidak berkecil hati,
bagaimanapun, dan terus membuat pertanyaan. Dia pergi ke kolam lain, di mana
sepasang angsa besar memberinya jawaban yang sama atas pertanyaannya. Terlebih
lagi, mereka memperingatkan dia: "Tidak tinggal di sini Pergilah Ini
berbahaya Ada orang dengan senjata di sini!!.!" itik yang menyesal karena pernah
meninggalkan peternakan.
Lalu
suatu hari, perjalanannya membawanya dekat pondok suatu senegaranya tua.
Berpikir dia adalah angsa liar, dia menangkapnya.
"Saya
akan menempatkan ini dalam kandang a. Saya harap itu perempuan dan meletakkan
banyak telur!" kata perempuan tua, yang penglihatan miskin. Tapi itik
buruk rupa diletakkan tidak satu sel telur. hen terus menakutkan baginya.
"Tunggu
saja! Jika Anda tidak bertelur, wanita tua akan mencekik leher Anda dan pop
Anda ke dalam panci!" Dan kucing menyumbang: "Hee Hee Saya berharap
wanita itu memasak Anda, maka saya dapat menggerogoti tulang Anda!!!" Itik
buruk rupa miskin begitu takut bahwa ia kehilangan nafsu makan, meskipun wanita
tua terus menjejali dirinya dengan makanan dan menggerutu: "! Jika Anda
tidak akan bertelur, setidaknya bergegas dan gemuk"
"Oh,
sayang aku!" mengerang itik sekarang ketakutan. "Aku akan mati
ketakutan pertama! Dan aku sangat berharap seseorang akan mencintai saya!"
Kemudian
satu malam, menemukan terbuka pintu kandang, ia melarikan diri. Sekali lagi ia
sendirian. Dia melarikan diri sejauh yang dia bisa, dan saat fajar, ia
menemukan dirinya di tempat tidur yang tebal alang-alang. "Jika tidak ada
yang menginginkan saya, saya akan bersembunyi di sini selamanya." Ada
banyak makanan, dan itik mulai merasa sedikit lebih bahagia, meskipun ia
kesepian. Suatu hari saat matahari terbit, ia melihat pesawat dari burung yang
indah di atas kepala sayap. Putih, dengan leher panjang dan ramping, paruh
kuning dan sayap besar, mereka bermigrasi ke selatan.
"Kalau
saja aku bisa terlihat seperti mereka, hanya untuk satu hari!" kata itik
tersebut, kagum. Musim dingin datang dan air di tempat tidur buluh membeku.
Itik buruk meninggalkan rumah untuk mencari makanan di salju. Dia menjatuhkan
lelah untuk tanah, tapi seorang petani menemukan dia dan menempatkan dia di
saku jaket yang besar.
"Aku
akan membawanya pulang ke anak-anak saya. Mereka akan menjaganya. Kasihan, dia
beku!" itik itu mandi dengan perawatan ramah di rumah petani. Dengan cara
ini, itik buruk rupa mampu bertahan musim dingin.
Namun,
dengan musim semi, ia telah tumbuh begitu besar sehingga petani memutuskan:
"Aku akan membebaskannya dengan kolam" Itu adalah ketika itik yang
melihat dirinya tercermin dalam air.
"Kebaikan!
Bagaimana saya sudah berubah! Aku hampir tidak mengenali diriku sendiri!"
Penerbangan dari angsa bersayap utara lagi dan meluncur ke kolam. Ketika itik
yang melihat mereka, dia menyadari bahwa dia adalah salah satu dari jenis
mereka, dan segera membuat teman-teman.
"Kami
angsa seperti Anda!" mereka mengatakan, hangat. "Di mana kau
bersembunyi?"
"Ini
cerita lama," jawab angsa muda, masih terkejut. Sekarang, ia berenang
anggun dengan sesama angsa nya. Suatu hari, ia mendengar anak-anak di berseru
tepi sungai: "! Lihat itu angsa muda Dia yang terbaik dari mereka
semua!"
Dan
dia hampir meledak dengan kebahagiaan.
Translate Sendiri:
Si
Itik Buruk Rupa
Pada suatu hari
di sebuah pertanian lama, tinggal sebuah keluarga bebek, dan Ibu bebek telah
duduk di cangkang telur baru. Di suatu pagi yang cerah, telur-telur menetas dan
keluar muncul enam ekor bebek yang mengerik. Tapi satu telur lebih besar
daripada yang lain, dan itu tidak menetas. Ibu Bebek tidak bisa mengingat dimana
letak telur ketujuh. Bagaimana bisa ada? TOCK! TOCK! Tahanan kecil itu mematuk
dalam cangkangnya.
"Apakah
aku salah menghitung telur?" Ibu Bebek bertanya-tanya. Tapi sebelum dia
punya waktu untuk berpikir tentang hal itu, telur terakhir akhirnya menetas.
Sebuah keanehan telihat pada bulunya yang berwarna abu-abu yang seharusnya berwarna
kuning tatapan seorang ibu yang khawatir. Anak-anak itik mulai tumbuh menjadi
dewasa, tapi Ibu Bebek memiliki rasa khawatir.
"Saya
tidak mengerti bagaimana itik buruk rupa ini dapat menjadi salah satu anakku!"
dia berkata pada dirinya sendiri, menggelengkan kepalanya saat ia menatap anak
terakhirnya. Nah, anak itik abu-abu tentu tidak cantik, dan karena ia makan
jauh lebih banyak daripada saudara-saudaranya, ia tumbuh melampaui mereka. Hari
demi hari pun berlalu, itik buruk rupa menjadi itik yang tidak bahagia. Saudara-saudaranya
tidak ingin bermain dengan dia, dia begitu canggung, dan semua penduduk
peternakan hanya menertawakannya. Dia merasa sedih dan kesepian, sementara Ibu
Duck melakukan yang terbaik untuk menghiburnya.
"Si
itik buruk rupa!" dia berkata. "Mengapa kau begitu berbeda dari yang
lain?" Dan itik buruk rupa merasa lebih buruk dari sebelumnya. Dia
diam-diam menangis di malam hari. Dia merasa tidak ada yang menginginkannya.
"Tidak
ada yang mencintaiku, mereka semua mengolok-olokku! Mengapa aku berbeda dari
saudara-saudaraku?"
Lalu
suatu hari, saat matahari terbit, ia lari dari peternakan. Dia berhenti di
sebuah kolam dan mulai bertanya kepada semua burung. "Apakah kalian tahu dimana
itik yang berbulu abu-abu seperti saya?" Tapi semua burung menggelengkan
kepala mereka dan mencemoohnya.
"Kami
tidak tahu apa ada itik yang seburuk kamu." Itik buruk rupa tidak berkecil
hati, bagaimanapun, dan terus bertanya. Dia pergi ke kolam lain, di mana
sepasang angsa besar memberinya jawaban yang sama atas pertanyaannya. Terlebih
lagi, mereka memperingatkan dia: "Jangan tinggal di sini! Pergilah! Ini
berbahaya! Ada pemburu di sini!!.!" itik merasa menyesal karena pernah
meninggalkan peternakan.
Lalu
suatu hari, perjalanannya membawanya dekat dengan sebuah pondok wanita tua. Dia
berpikir itik itu adalah angsa liar, dia pun menangkapnya.
"Saya
akan taruh ini dalam kandang. Saya harap ini angsa betina dan akan membuahkan banyak
telur!" kata si wanita tua, yang memiliki penglihatan yang buruk. Tapi
itik buruk rupa tidak sendiri di dalam kandang. Ayam betina terus menakutinya.
"Diam
disini! Jika kamu tidak bertelur, wanita tua itu akan mencekik leher mu dan
merebusmu ke dalam panci!" Dan kucing pun ikut memangsa: "Hee HeeAku
berharap wanita itu memasak kamu, maka aku dapat menggerogoti tulangmu!!!"
Itik buruk rupa itu sangat ketakutan dan ia kehilangan nafsu makan, meskipun
wanita tua terus menjejali dirinya dengan makanan dan menggerutu: "! Jika kamu
tidak ingin bertelur, setidaknya makan dan menjadi gemuk"
"Oh,
Tuhanku!" mengerang itik sekarang ketakutan. "Pertama aku akan mati
ketakutan! Dan aku sangat berharap seseorang akan menyukaiku!"
Kemudian
satu malam, ia melihat pintu kandang terbuka, ia melarikan diri. Sekali lagi ia
sendirian. Dia melarikan diri sejauh yang dia bisa, dan saat fajar, dia
terbangun di tempat tidur yang tebal. "Jika tidak ada yang menginginkanku,
aku akan bersembunyi di sini selamanya." Ada banyak makanan, dan itik
mulai merasa sedikit lebih bahagia, meskipun ia kesepian. Suatu hari saat matahari
terbit, ia melihat burung dengan sayap yang indah terbang di atas kepalanya.
Putih, dengan leher panjang dan ramping, paruh kuning dan sayap besar, mereka
bermigrasi ke selatan.
"Kalau
saja aku bisa terlihat seperti mereka, untuk satu hari saja !" kata itik
tersebut, kagum. Musim dingin datang dan air di tempat tidur membeku. Si itik
buruk rupa pun meninggalkan rumah untuk mencari makanan di tengah salju. Dia pingsan,
kemudian seorang petani menemukannya dan menaruhnya didalam saku jaketnya yang
besar.
"Aku
akan membawanya pulang untuk anak-anakku. Mereka akan menjaganya. Kasihan, dia
beku!" itik itu dimandikan dengan perawatan yang baik di rumah petani.
Dengan cara ini, itik buruk rupa mampu bertahan saat musim dingin.
Namun,
di musim semi, ia telah tumbuh begitu besar sehingga petani memutuskan:
"Aku akan membebaskannya di kolam" Lalu ketika si itik melihat
dirinya tercermin dalam air.
"Mengagumkan!
Bagaimana aku bisa berubah! Aku hampir tidak mengenali diriku sendiri!"
Penerbangan dari angsa bersayap utara lagi dan meluncur ke kolam. Ketika si
itik buruk rupa melihat mereka, dia menyadari bahwa dia adalah salah satu dari
jenis mereka, dan segera membuat pertemanan.
"Kami
angsa seperti Anda!" mereka mengatakan, hangat. "Di mana kau
bersembunyi?"
"Ceritanya
panjang," jawab angsa muda, masih terkejut. Sekarang, ia berenang anggun
dengan sesama angsa. Suatu hari, ia mendengar anak-anak di tepi sungai berseru:
"! Lihat itu angsa muda Dia yang terbaik dari mereka semua!"
Dan
dia merasa sangaat bahagia.